Komitmen ternyata sangat penting dalam berbisnis.
Kita
ketahui bersama bahwa bisnis hasil perikanan dimana mahluk hidup yang
menjadi komoditas produksinya gampang-gampang susah.
Hal ini
terungkap pada dialog bisnis antara Direktur PT Royal Fisheries
Indonesia Ir. R. Dwi Dasa Darmawan dengan Petani kepiting lunak yang
diadakan di Crabs Research Station FIKP-UNHAS di Bawana Marana Kabupaten
Maros pada hari Sabtu, tanggal 17 April 2010. Kegiatan ini di gagas
oleh ASPEKRINDO (Asosiasi Pemerhati Kepiting dan Rajungan Indonesia)
Diskusi
yang dipandu oleh Prof. Dr.Ir.Yushinta Fujaya ini berlangsung hangat
ditengah guyuran hujan yang sejak pagi terus menguntit.
Disadari
bahwa ada saling ketergantungan antara petani dan pengusaha eksportir
dalam berbisnis kepiting lunak. Petani membutuhkan kepastian dalam
pemasaran produknya dan eksportir membutuhkan kepastian suplai bahan
baku agar kontinuitas ekspor tetap dapat dipenuhi sehingga tidak
terkena penalty. Hal ini disebabkan, pasar utama kepiting lunak adalah
mancanegara dimana seringkali pasarnya dikuasai oleh pedagang
besar/eksportir. Namun, eksportir pun tidak mampu berbuat apa2 bila
tidak mendapat suplai kepiting lunak dari petani.
Yang terjadi
saat ini, ditengah tingginya permintaan produk kepiting lunak dari pasar
dunia, pengusaha eksportir kehilangan atau kekurangan bahan baku untuk
diekspor. Sedangkan petani kesulitan memasarkan produk kepiting
lunaknya.
Dimana masalahnya? Bagaimana mempertemukannya agar semua pihak sama2 diuntungkan dan negara pun kebagian devisa?
Setelah melewati diskusi yang cukup alot
Ternyata,
salah satu masalah yang nampak sepele tetapi sangat besar pengaruhnya
adalah masing-masing pihak (petani dan eksportir) seringkali berubah
pikiran di tengah jalan. Meskipun sudah ada kesepakatan sebelumnya
antara petani dan eksportir bahwa kepiting lunak yang dihasilkan dijual
pada pengusaha “X” dengan ketentuan pengusaha tersebut memberi bantuan
”A” kepada petani agar kualitas produk sesuai spesifikasi yang diminta
pasar, namun petani menjual produknya ke pengusaha lain dengan
iming-iming harga lebih tinggi (meskipun itu hanya beda “Rp.1000”). Di
pihak pengusaha/eksportir seringkali tiba-tiba menurunkan harga beli
ketika petani sudah berproduksi banyak.
Dapat dibayangkan
akibatnya……..Kedua-duanya merana……Petani kehilangan pasar….eksportir
kehilangan bahan baku….Petani dan eksportir sama-sama kehilangan
kepercayaan.
Diperlukan kerendahan hati untuk saling introspeksi
diri dan dengan niat mulia membenahi masalah yang sesungguhnya bukan
masalah bila masing-masing pihak memegang komitmen yang telah dibangun
sejak awal. Teknologi budidaya secanggih apapun tidak akan banyak
artinya bila tidak didukung oleh rasa saling percaya dan peduli di
antara stakeholder, masing-masing pihak membutuhkan kepastian.
Akhirnya,
Mari bersama-sama mensukseskan PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN 300% pada
tahun 2014 untuk kesejahteraan kita bersama. Demikian
Prof.Dr.Ir.Yushinta Fujaya, menutup dialog bisnis pada sore hari itu.


04.06
Yushi Crab
0 komentar:
Posting Komentar