Di
mulai dari inovasi teknologi kepiting cangkang lunak ramah lingkungan,
Prof. Yushinta Fujaya terus mengkaji pemanfaatan ekstrak herbal untuk
induksi pemoltingan (pelunakan cangkang). Dosen Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan UNHAS ini, mencoba memperlakukan kepiting sesuai dengan
kelayakan hidupnya dengan menerobos teknologi pelunakan yang ada selama
ini. Teknologi induksi kepiting lunak yang dikenal selama ini adalah
induksi dengan cara mutilasi, teknologi ini sangat memiriskan hati
dengan adanya pemaksaan kepiting untuk melakukan regenerasi yang
berakibat pada stres fisiologis sehingga mengalami pergantian kulit.
Teknologi ini dikenal sangat kejam, karena memperlakukan kepiting tanpa
kaki untuk tetap hidup demi keuntungan manusia. Bayangkan saja ketika
kepiting mutilasi yang terkurung harus makan ataupun bergerak demi
mempertahankan hidup, keadaan ini sangat menyiksa namun memberi
keuntungan lebih bagi manusia.
Tapi
apalah daya, kepiting hanya organisme krustase yang tidak bisa berbuat
apa-apa dalam krangkeng yang terbatas. Dia tidak bisa memprotes atau
mendemonstarsikan ketidaksenangannya, hanya bisa pasrah dan memilih mati
ketika tidak bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang
diperparah oleh perih luka bekas mutilasi.
Wanita tangguh yang
memfokuskan diri untuk memperhatikan kepiting ini, mencoba menerjang
keangkuhan manusia dengan memikirkan solusi sehingga manusia untung,
kepiting pun hidup dengan layak dalam media budidaya meskipun akhirnya
menjadi santapan mewah di meja restoran. Dalam beberapa kesempatan
penelitian, beliau mencoba mempelajari fisiologi krustase dan akhirnya
menemukan ekstrak herbal yang dapat menginduksi kepiting melakukan
pergantian kulit. Ekstrak yang akhirnya diberi nama vitomolt diujikan
dalam beberapa perlakuan dan dilakukan pengulangan beberapa kali bersama
tim peneliti yang berasal dari Unhas. Walhasil kepiting pun mengalami
pergantian kulit yang sempurna dengan bobot meningkat hingga 30%, yang
sangat jauh berbeda dengan kepiting mutilasi. Keuntungan lainnya adalah
tingkat kelulusan hidup yang sangat tinggi, yakni mencapai 85% selama
pemeliharaan 1 siklus (sekitar 40an hari), dan nilai penting keramahan
lingkungan karena menggunakan bahan herbal.
Yang paling menarik
adalah, kegigihan seorang wanita yang tidak terkalahkan oleh pria. Konon
katanya kesepuluh jari tangannya telah mendapat hadiah cubitan dari
kerabat krustase ini, namun Beliau tak kunjung kapok. Perihal ini pula
yang menginspirasi mahasiswa untuk tetap gigih dalam menghadapi cobaan
hidup. Prinsip yang ingin ditorehkan kedalam lubuk idealis mahasiswa
adalah memberi yang terbaik saat ini untuk dipetik dihari esok, tanpa
harus menyesali cita-cita dahulu.
Kegigihannya
tersebut telah berhasil menjadi teladan bagi beberapa anak
bimbingannya. Buah karya dari kegigihan salah satunya adalah dikenalnya
Crabs Research Station sebagai pusat penelitian kepiting dan kerabatnya
yang berlokasi di Bawanamarana Kabupaten Maros. Instalasi kepiting lunak
yang terdapat di stasiun ini menjadi laboratorium lapangan untuk
berbagai pengujian inovatif dalam rangka pengembangan teknologi dan
cita-cita untuk membangun Research based Industry (industri berbasis
riset) yang dikelola sendiri oleh mahasiswa sebagai miniatur industri,
berguna bagi masyarakat, pengusaha dan pendidikan.


04.08
Yushi Crab
0 komentar:
Posting Komentar